Sebentar lagi kita pergi, sementara Ramadhan tetap disini. Kita akan terus mengembara menunggangi waktu, sementara di Ramadhan yang belum genap 30 hari ini kita masih tertatih-tatih membasuh diri, belum layak berharap menjadi suci. Tarawih kita bolong-bolong, shalat fardhu berjamaah kadang ketinggalan. Lisan kita belum rapat terkunci, kerapkali muncul gunjingan dan kesia-siaan. Mata kita kadang liar memandang yang haram. Tilawah kita kedodoran, siangnya tertimpa kesibukan pekerjaan, malamnya kita lelah dan kecapaian. Ketika berjanji dengan klien kita sesekali tidak menepati, bahkan kadang berbohong. Kita tidur di mushalla lama sekali usai menunaikan shalat dhuha atau dzuhur, mengkorupsi waktu yang diamanahkan kepada kita. Iātikaf terlewatkan begitu saja, padahal Rasulullah tak pernah sekalipun meninggalkannya. Di rumah kita memarahi anak karena terlambat pulang sekolah. Di rumah kita bentak pembantu karena teh untuk berbuka kurang manis sesuai selera. Baju baru apa yang kita harapkan s...