Masih ada beberapa hari lagi!

Seandainya Ramadhan adalah bulan pendidikan dan latihan, maka bonus imbalan atas kebaikan yang kita lakukan tidaklah tersedia demikian melimpah.

Tiada “latihan shalat fardhu” dengan bonus 70 kali lipat, tidak ada “latihan shalat sunnah” dengan balasan terbebas dari api neraka, tidak ada “latihan memuliakan anak yatim” dengan imbalan kemuliaan ketika nanti bertemu dengan-Nya, tidak ada tanda kelulusan pemusatan pendidikan dengan kalungan medali yang bertuliskan “MUTTAQIN”.

Jika bukanlah Ramadhan menjanjikan reward berupa berlipatnya kemuliaan, tidaklah Rasulullah SAW dan sahabat memilih untuk mengisinya dengan berbagai aktivitas perang pembebasan dan pengiriman ekspedisi penumpasan kekufuran – besar dan kecil. Jihad fisabilillah adalah suatu amal puncak, aktivitas yang masuk kategori high risk – high return. Dalam sembilan kali Ramadhan yang pernah beliau jalani, beliau memimpin langsung perang Badar, Makkah, Tabuk dan mengirim 6 ekspedisi ke berbagai lokasi. Pada bulan terbaik ini pula Beliau meruntuhkan Lata, Manat dan Suwa’ serta masjid dhirar.

Imbalan besar hanya disediakan bagi pemenang sebuah pertarungan.

Ketika tulisan ini muncul, maka kita akan menjalani 105 hari di sisa bulan Jumadil Awwal, kemudian meniti Jumadil Akhir, Rajab dan Sya’ban sebelum memasuki 1 Ramadhan. 3,5 bulan yang terlalu lama untuk persiapan ? Mungkin ya sebelum tahu bagaimana Rasul SAW dan para sahabat mempersiapkan diri.

Momen Ramadhan bagi Rasul dan sahabat sudah diperbincangkan jauh-jauh hari. Bahkan enam bulan sebelumnya, sudah menjadi kerinduan, pertemuannya begitu dinantikan. Selama itu beliau menajamkan pedang ilmu, fisik dan ruhiyah. Pedang yang telah tajam itu pun digunakan untuk berlatih makin sering ketika memasuki bulan Rajab dan Sya’ban.

Ketika bunyi tabuh genderang 1 Ramadhan diperdengarkan sebagai tanda mulainya perlombaan, insan-insan terbaik itu menjalaninya dengan ketegaran ditingkah senyum kebahagiaan, sambil menjumput satu demi satu medali penghargaan, ringan dalam puluhan rakaat shalat malam menikmati rahmah dan hidayah, begitu mudah menitikkan air mata larut dalam permohonan berharap ampunan. Menang di akhirnya dengan baju baru bernama taqwa.

Namun, setelah Allah ijinkan kita menjalani berpuluh tahun kehidupan dengan Ramadhan demi Ramadhan di dalamnya, tetap ada opsi bagi yang ingin tetap memandang Ramadhan sebagai bulan pemusatan latihan, sekolah atau momen pendidikan. Imbalan tersedia setimpal dengan apa-apa yang diusahakan.

Baiknya mulai kita renungkan.

Kalau kita sibuk berlatih, sementara kawan kita yang matang persiapan meng-overlap kita 3 kali, ia melahap dengan top-speed setiap lap berdurasi 10 hari yang masing-masing berisikan Rahmat, Ampunan dan Penjauhan dari Neraka, lalu menurut Anda kapan kemenangan itu bisa kita genggam ?

Comments

Popular posts from this blog

Kader PKS DPRa Mampang, Ngubek Empang

Ust. Anis Matta bicara Uang

Halaqoh: Sebuah Simbiosis Mutualisme