VISION

"If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a leader." --John Quincy Adams


Al Barra’ ibn Adzib menceritakan hari-hari sulit dalam perang Khandaq. ”Saat menggali parit, di beberapa tempat kami terhalang oleh tanah yang sangat keras dan tak bisa menggali dengan cangkul. Kami melaporkan kepada Rasulullah SAW. Beliau datang, mengambil cangkul dan bersabda ”Bismillah.....”, kemudian beliau menghantam tanah keras itu sekali hantam hingga muncul percikan api.


”Allahu Akbar! Aku diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah, aku benar-benar melihat istananya yang bercat merah saat ini.” Lalu beliau menghantam bagian tanah keras yang lain, dan kembali bersabda, ”Allahu Akbar! Aku diberi tanah persia. Demi Allah, aku dapat melihat istana Mada’in yang berwarna putih saat ini.” Dan yang ketiga kalinya beliau bersabda ”Allahu Akbar! Aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah, dari tempat ini aku bisa melihat pintu-pintu gerbang Shan’a.”

Inilah salah satu Visioning atau Dreaming yang dicontohkan Rasulullah SAW, sambil mempertontonkan komitmennya untuk turun langsung menangani persoalan. Bahasa keren-nya Walk the Talk, satu lagi effective skill seorang leader.

Terlepas bahwa setiap pandangan beliau dititipkan kebenaran ilahiyah di dalamnya, kita tetap bisa mengambil banyak pelajaran dari peristiwa yang beliau demonstrasikan.

Ada satu lagi sabda beliau :
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]

Kurang lebih 8 abad setelahnya, pada 29 Mei 1453, konstantinopel jatuh di tangan pemimpin terbaik : Sultan Muhammad Al-Fatih yang memimpin pasukan terbaik : pasukan dengan intelektualitas, fisik dan akhlaq diatas rata-rata, yang direkrut dan dibina dengan pendidikan terbaik pula.

Bukan semata-mata pandangan Rasulullah SAW tentang jatuhnya kota pusat kekhalifahan Utsmani yang kemudian terbukti itulah yang bisa jadi bahan renungan kita, namun ruh penaklukan itu yang secara bergantian diperjuangkan oleh para sahabat setelahnya. Optimisme Rasulullah SAW itu merasuk dan setiap khalifah terpanggil untuk membuktikan diri, berebut menjadi panglima atau prajurit terbaik yang dicatat sejarah.

Dalam tataran pribadi, umat mana yang lebih VISIONER dibanding kita umat muslim? Yang melakukan suatu amal saat ini dengan berharap ganjaran yang tidak dilihatnya – namun diyakininya : surga atau neraka.

Ia bekerja keras karena tahu waktu tak akan kembali, dan ia kelak akan dihisab dengan pertanyaan : Kau habiskan untuk apa waktumu ?

Maka ia optimis, dan kerja optimal, ia mengupayakan yang terbaik. Seorang muslim tidak pernah kehilangan harapan, karena sesungguhnya VISI hidupnya itulah yang menjadi HARAPAN yang terus berkobar.

Seorang muslim seharusnya terlatih berpikir kedepan dan bersungguh-sungguh. Ia menetapkan visi tertingginya : kembali dalam keadaan baik, masuk syurga dan menemui Rabb-nya !!

Comments

Popular posts from this blog

Kader PKS DPRa Mampang, Ngubek Empang

Ust. Anis Matta bicara Uang

Halaqoh: Sebuah Simbiosis Mutualisme