Rabun dekat Kaum Muslim

Jika saudaraku sempat membaca buku “Muhammad SAW - Super Leader Super Manager” karya Dr. Muhammad Syafii Antonio, pastilah akrab dengan istilah yang digunakan sebagai judul dalam Trapi kali ini. Pada buku itu, Dr. Syafii menggunakan ironi “Rabun Dekat Kaum Muslim” untuk menggambarkan situasi ketidakmampuan kita, umat muslim, melihat perjalanan hidup Rasulullah SAW secara lengkap dan holistik baik dimensi sosial, politik, militer, edukasi dan legal kemudian memformulasikan nilai2 keteladanan tersebut kedalam suatu model yang dapat diteladani dengan mudah.

Dalam tulisan ini, Rabun Dekat Kaum Muslim ditarik ke konteks yang lebih luas lagi, yaitu ketidakmampuan kita dalam menangkap keagungan peradaban, ilmu pengetahuan dan budaya Islam secara utuh, sementara umat lain justru telah mengecap manisnya madu dan indahnya konsep holistik Islam itu sendiri : dimana Islam berada, disitu peradaban dan ilmu pengetahuan berkembang. Wanginya semerbak.

Benak kita kabur, atau sengaja dikaburkan – alam pikiran kita silau, sehingga orientasi dan kiblat kemajuan peradaban kita diukur dari seberapa banyak literatur barat telah kita pelajari, seberapa jauh implementasi atas konsep bisnis yang lahir di Eropa dan Amerika diadopsi di perusahaan kita yang jelas sangat-sangat Asia.

Tidak ada yang salah dengan mempelajari dan mengadopsi berbagai hasil perkembangan pengetahuan itu, karena toh belajar dan terus belajar adalah ruh Islam itu sendiri. Kita menghindari suatu sindrom ‘rabun dekat yang menghancurkan’, yang jika dibiarkan kronis dia bisa mengikis kepercayaan diri lalu melahirkan pandangan seorang muslim yang pesimistis : kalau dari barat – absolutely yes !

Mari menguak beberapa fakta dan mulai proporsional.

Barat meneriakkan pentingnya etika bisnis padahal Rasul SAW mengajarkan kejujuran dan kebaikan dalam berniaga, bukan melalui slogan, melainkan dengan contoh tindakan.

Organisasi menggalakkan Corporate Social Responsibility sementara ekspansi kabilah bisnis para sahabat telah mengenalkan pentingnya merangkul kaum marginal untuk mengundang doa dan turunnya barakah bagi bisnis yang sedang dijalankan. CSR a la para sahabat (semoga Allah merahmati mereka) ini dijalankan berimbang dengan kerja Marketing Communication ke target market yang punya buying power…..

Abdurrahman ‘bin Auf R.A, satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga adalah konglomerat, bisnismen dengan grooming yang flamboyan sekaligus mujahid yang handal. Ia mencontohi keuletan dalam membuka pasar baru serta pengelolaan investasi di berbagai jenis usaha. Kekayaannya halal, berkah dan melimpah. Ia infakkan 49,4 Milyar rupiah tunai untuk perjuangan Islam di Madinah dalam satu kesempatan, belum termasuk yang berupa ribuan unta, kuda dan jaminan tunai masing-masing Rp 480 juta bagi sekitar 100 veteran perang Badar. Hingga beliau meninggal pun masih tersedia 3.072 Trilyun rupiah untuk ditinggalkan bagi keluarganya.

Dan yakinlah, barat telah berhutang kepada Islam. Ilmuwan Islam berkontribusi menjadikan dunia yang kita tempati saat ini menjadi lebih baik.

Ibnu Sina, filsuf yang juga dokter, membuat buku tentang standar kedokteran di abad ke-10. Bukunya menjadi acuan bagi banyak dokter hingga abad ke-17.

Kemudian, Islam memiliki astronom terkenal yang bernama Al-Tusi. Ia membuktikan kebenaran teori Copernicus yang menyatakan matahari sebagai pusat tata surya, dan bukan sebaliknya -- hal yang diyakini gereja saat itu.

Lalu ada Abu Jafar Muhammad. Seorang pakar matematika yang hasil karyanya luar biasa termasyhur dan menjadi dasar perhitungan di era modern, yaitu aljabar dan algoritma. Ada pula Ibnu al-Haytham dikenal dengan karyanya soal cahaya dan bayangan. Karya Al-Haytam inilah yang membantu Newton merumuskan teori optiknya yang terkenal itu.

Peradaban Islam terus berkembang dengan pesat dan semakin meluas sehingga memasuki kawasan Eropa Selatan. Harta karun yang besar dan nyaris terlupakan dari tanah yang ditaklukkan, oleh umat Islam dibawa kembali ke kota-kota besar seperti Baghdad, Damaskus, Kairo, dan Cordoba. Karya-karya ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Kurang dari 400 tahun pasca-penaklukan Islam yang pertama kali, semua ilmuwan besar bekerja bersama dalam naungan kekaisaran Islam yang semakin meluas. Semua ide-ide yang sebelumnya dianggap sulit dijangkau akal pikiran manusia dibuat masuk akal oleh para ilmuwan Muslim.

Berkat kebebasan dan dukungan itulah, ilmuwan Islam berhasil memberikan kontribusi nyata pada berbagai ilmu pengetahuan. Mereka adalah kontributor ulung bagi teori aljabar, algoritma, trigonometri, geometri, kimia, kosmologi, astronomi, kedokteran, ekonomi dan juga teknologi optik.

Para ilmuwan Islam juga mengembangkan konsep rumah sakit modern, sistem rekrutmen dan pembinaan prajurit, strategi militer, universitas, observatorium, dan juga sistem masyarakat sipil.

Robert Briffault dalam bukunya The Making of Humanity menyatakan bahwa sangatlah mungkin kalau tidak karena umat Islam, peradaban Eropa modern tidak akan muncul sama sekali.

Rabu, 29 Jumaadil Awwal 1429 H

Comments

Popular posts from this blog

Kader PKS DPRa Mampang, Ngubek Empang

Ust. Anis Matta bicara Uang

Halaqoh: Sebuah Simbiosis Mutualisme