Ketua Majelis Syuro: Saya Sering Memimpin Tahlil dan Yasin

"Jadi hal itu tidak perlu dipermasalahkan. Tinggal bagaimana kita menjelaskan secara baik," ujarnya menjawab keluhan seorang pengurus DPD dari Lampung dalam pengarahan umum di Mukernas PKS, di Makassar, Selasa (22/7) pagi.


PK-Sejahtera Online: Makassar--Ketua Majelis Syuro sekaligus pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) KH Hilmi Aminuddin, Lc mengaku sering memimpin tahlil, membaca Yasin dan menghadiri Maulid Nabi. Hal tersebut tidak perlu dipertentangkan, karena semua merupakan bentuk ketaatan dan kecintaan kita kepada Allah dan Rasul.

"Jadi hal itu tidak perlu dipermasalahkan. Tinggal bagaimana kita menjelaskan secara baik," ujarnya menjawab keluhan seorang pengurus DPD dari Lampung dalam pengarahan umum di Mukernas PKS, di Makassar, Selasa (22/7) pagi.

Kepada pendiri dan pemimpin tertinggi PKS tersebut, kader tadi menyatakan bahwa di kalangan masyarakat sering timbul persepsi yang salah. PKS sering dikaitkan dengan Islam Jamaah, Ahmadiyah dan juga anti tahlil dan yasinan.

Ustadz Hilmi kemudian bercerita bahwa ia pernah diundang oleh pimpinan majelis Konghucu. ”Jadi saya diundang oleh semacam Majelis Syuronya Konghucu,” katanya disambut tawa peserta.

Dalam forum tersebut, menurut Hilmi, ia ditanya tentang syariat Islam. Sebab selama ini PKS dinilai sebagai partai yang gigih menyuarakan pentingnya pemberlakuan syariat Islam. ”Saya jelaskan bahwa dengan menghadiri undangan majelis Syuro PKS ini, maka saya tengah menjalankan syariat Islam,” tegasnya.

Pernyataan Hilmi ini tentu saja membuat bingung para pemeluk Konghucu yang hadir. Ia kemudian menjelaskan bahwa, hubungan antar manusia secara baik (hablumminannas) adalah merupakan tuntutan syariah Islam. ”Jadi selama ini menurutnya Syariat Islam dipahami secara salah,” tegasnya.

Masalahnya, menurut Hilmi, umat Islam dan kader PKS belum mempu menjelaskan secara baik tentang syariat Islam dan beberapa isu lain, termasuk masalah tahlil, membaca yasin dan peringatan Maulud tadi. ”Jadi kuncinya bagaimana kita menjelaskan masalah tersebut secara baik. Tidak perlu dipertentangkan, apalagi sampai menimbulkan konflik,’ ujarnya.

Hilmi mengingatkan agar kader PKS tidak terjebak dalam pertentangan yang bersifat khilafiah dan tidak substansial. ”Justru dengan menjadi kader PKS, yang Muhammadiyah menjadi kuat ke MUHAMMADIYAH-annya. Yang NU juga menjadi kuat ke NU-annya,” tegasnya. (end)



Comments

Popular posts from this blog

Kader PKS DPRa Mampang, Ngubek Empang

Ust. Anis Matta bicara Uang

Halaqoh: Sebuah Simbiosis Mutualisme